Di Jogja kita bisa jalan-jalan ketempat yang tidak biasanya yaitu melihat-lihat pabrik. Ini adalah sebuah pabrik cerutu tua yang didirikan sejak jaman penjajahan Belanda yang sampai saat ini masih beroperasi dan berada ditengah-tengah kota Jogja. Pabrik ini berdiri sejak tahun 1918.
Pabrik ini pertama kali berdiri didaerah Bulu, pinggir Jalan Magelang, dengan nama N.V. Negresco. Pada tahun 1921, pabrik itu pindah lokasi ke wilayah yang sekarang Baciro, sebelah barat Stadion Mandala Krida Yogyakarta atau timur jembatan layang Baciro. Masa penjajahan Jepang, nama pabrik sempat diubah menjadi Java Tobacco Kojo. Saat itulah pabrik ini mencapai kejayaannya karena didukung oleh mesin-mesin pembuat rokok putih yang didatangkan pemerintah Jepang dari B.A.T Cirebon.
Perang Dunia II berakhir. Sultan Hamengku Buwono IX mengambil alih dan mengganti nama perusahaan itu menjadi Taru Martani yang berarti “daun kehidupan“. Namun, tahun 1949, Belanda menguasai Yogyakarta , dan pabrik jatuh ke tangan N.V.Negresco, pemilik lama. Meski begitu, pabrik tak bisa beroperasi karena terjadi kekacauan politik. Tahun 1951, BAT memboyong kembali mesinnya ke Cirebon. Akibatnya, pabrik di Yogya dibiarkan kosong.
Setahun kemudian, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Bank Indonesia membeli perusahaan ini dan namanya kembali menjadi Taru Martani. Ketika itu ada hanya tiga merek cerutu yang diproduksi, yakni Mundi Victor, Senator, dan Elomercio. Sementara untuk kertas sigaret adalah Chaveaux Blancs. Di tahun 1957 produksi ditambah berupa tembakau shag dan dua merek rokok kretek, yakni Roro Mendut dan Roro Jonggrang.
Tahun 1972, Sri Sultan HB IX yang waktu itu menjabat Wakil Presiden RI, menjadikan perusahaan ini menjadi milik pemerintah DIY. Nama pun berubah lagi menjadi PD Taru Martani.
Saat ini PD Taru Martani telah memproduksi 14 jenis cerutu, yaitu Cigarillos, Extra Cigarillos, Senioritas, Panatella, Half Corona, Corona, Super Corona/Grand Corona, Boheme, Royal Perfecto, Rothschild, dan Churchill. Sementara sebagai variasinya, Taru Martani memproduksi cerutu dalam tiga aroma, yaitu nature cigar atau murni tembakau, flavour cigar atau tembakau dengan tambahan aroma (mint, vanila, rhum, hazelnut) dan mild cigar. Kebanyakan produk adalah untuk export diantaranya ke Asia, Belanda, Belgia, Jerman, Cekoslovakia, Amerika dan Eropa.
Beberapa merek cerutu legendaris masih diproduksi seperti Senator dan Mundi Victor ada juga merek Adipati, Ramayana dan Borobudur sejak tahun 1970. Tembakau rajang tersedia dengan Van Nelle, Drum, dan Countryman.
Mari sekali-kali lihat pabrik pembuatan cerutu ini seluas 2 hektar, tempatnya asri dengan halaman yang luas.
http://rinangpramito.blogdetik.com/cerutu/
Pabrik ini pertama kali berdiri didaerah Bulu, pinggir Jalan Magelang, dengan nama N.V. Negresco. Pada tahun 1921, pabrik itu pindah lokasi ke wilayah yang sekarang Baciro, sebelah barat Stadion Mandala Krida Yogyakarta atau timur jembatan layang Baciro. Masa penjajahan Jepang, nama pabrik sempat diubah menjadi Java Tobacco Kojo. Saat itulah pabrik ini mencapai kejayaannya karena didukung oleh mesin-mesin pembuat rokok putih yang didatangkan pemerintah Jepang dari B.A.T Cirebon.
Perang Dunia II berakhir. Sultan Hamengku Buwono IX mengambil alih dan mengganti nama perusahaan itu menjadi Taru Martani yang berarti “daun kehidupan“. Namun, tahun 1949, Belanda menguasai Yogyakarta , dan pabrik jatuh ke tangan N.V.Negresco, pemilik lama. Meski begitu, pabrik tak bisa beroperasi karena terjadi kekacauan politik. Tahun 1951, BAT memboyong kembali mesinnya ke Cirebon. Akibatnya, pabrik di Yogya dibiarkan kosong.
Setahun kemudian, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Bank Indonesia membeli perusahaan ini dan namanya kembali menjadi Taru Martani. Ketika itu ada hanya tiga merek cerutu yang diproduksi, yakni Mundi Victor, Senator, dan Elomercio. Sementara untuk kertas sigaret adalah Chaveaux Blancs. Di tahun 1957 produksi ditambah berupa tembakau shag dan dua merek rokok kretek, yakni Roro Mendut dan Roro Jonggrang.
Tahun 1972, Sri Sultan HB IX yang waktu itu menjabat Wakil Presiden RI, menjadikan perusahaan ini menjadi milik pemerintah DIY. Nama pun berubah lagi menjadi PD Taru Martani.
Saat ini PD Taru Martani telah memproduksi 14 jenis cerutu, yaitu Cigarillos, Extra Cigarillos, Senioritas, Panatella, Half Corona, Corona, Super Corona/Grand Corona, Boheme, Royal Perfecto, Rothschild, dan Churchill. Sementara sebagai variasinya, Taru Martani memproduksi cerutu dalam tiga aroma, yaitu nature cigar atau murni tembakau, flavour cigar atau tembakau dengan tambahan aroma (mint, vanila, rhum, hazelnut) dan mild cigar. Kebanyakan produk adalah untuk export diantaranya ke Asia, Belanda, Belgia, Jerman, Cekoslovakia, Amerika dan Eropa.
Beberapa merek cerutu legendaris masih diproduksi seperti Senator dan Mundi Victor ada juga merek Adipati, Ramayana dan Borobudur sejak tahun 1970. Tembakau rajang tersedia dengan Van Nelle, Drum, dan Countryman.
Mari sekali-kali lihat pabrik pembuatan cerutu ini seluas 2 hektar, tempatnya asri dengan halaman yang luas.
http://rinangpramito.blogdetik.com/cerutu/
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.