Cerutu Indonesia Unjuk Gigi di Kuba

Rabu, 04 April 2012 0 komentar


Cerutu Indonesia-Indonesia sebagai produsen rokok. Padahal Indonesia juga memiliki industri cerutu. Cerutu Indonesia mungkin belum dapat menyamai industri cerutu Kuba yang telah berdiri sejak abad ke-16. Namun, kualitas tembakau Indonesia sudah diakui dunia. Keikutsertaan Indonesia dalam festival cerutu internasional bertajuk 'XII Festival Habano' di Palacio de los Convenciones, Havana, Kuba, ingin membuktikan bahwa cerutu Indonesia sejajar dan layak dijadikan produk dunia.

Lihat saja di antara jepitan jari para bule penikmat cerutu, ada nama Wismilak dan Sultan. Cerutu-cerutu Indonesia sedang unjuk gigi di Kuba.

Para penikmat cerutu di Kuba atau Club de Fumadores de Cuba, ikut menjajal cerutu Indonesia dalam festival 22-26 Februari 2010 lalu. Adalah Lydia Tamboto dan suaminya Kastorius Sinaga yang membawa lima cerutu Indonesia ke sana. Cerutu itu adalah Wismilak, Sultan, Dos Hermanos, Tambo dan Gold Seal (cerutu mini).

"Kebetulan saya baru pulang minggu lalu dari Kuba untuk memperkenalkan cerutu Indonesia. Cukup lumayan perhatiannya," kata Lydia, pemilik Havana Gallery kepada detikcom saat ditemui di tokonya, di Plaza Indonesia, Jl MH Thamrin, Jakarta, Kamis (18/3/2010) malam.

Menurut Lydia, dunia hanya mengenal Indonesia sebagai produsen rokok. Padahal Indonesia juga memiliki industri cerutu. Diakui dia, cerutu Indonesia mungkin belum dapat menyamai industri cerutu Kuba yang telah berdiri sejak abad ke-16. Namun, kualitas tembakau Indonesia sudah diakui dunia

"Buktinya, produk cerutu dunia di Amerika Latin atau Eropa menyebutkan komponen tembakaunya berasal dari Indonesia. Tembakau kita selalu masuk rating dalam produk cerutu luar negeri. Tentunya ini bisa meningkatkan citra cerutu Indonesia," jelasnya.

Cerutu Indonesia lebih rungan rasanya dibandingkan cerutu Kuba. Namun memang setiap cerutu punya cita rasa berbeda. Misalnya saja cerutu Dominika, butuh terbakar sampai dua inchi baru keluar rasanya yang khas.

Cerutu memang tidak bisa dibuat dari daun tembakau sembarangan. Butuh waktu dua tahun setelah panen, barulah daun tembakau bisa dijadikan cerutu. Daun tembakau difermentasi dahulu barulah siap digulung menjadi cerutu. Di Kuba, cerutu digulung dengan tangan dan di Belanda digulung dengan mesin. Untuk menjaga kualitas tembakau, cerutu harus disimpan dalam temperatur 20 derajat celcius dengan kelembaban 70 persen.

"Cita rasa cigar itu di daun tembakaunya. Kalau temperaturnya terlalu panas, kandungan cigar ada yang menguap dan mempengaruhi rasanya," tandasnya.

Karakteristik tembakau di sejumlah negara berbeda-beda. Tembakau Kuba seratnya kasar dan warnanya coklat gelap. Tembakau Dominika seratnya halus dan berwarna cokelat muda. Walau semua asal benih tembakau sama, ketika ditanam di suatu negara menghasilkan kualitas tembakau yang berbeda. Ini sangat dipengaruhi unsur tanah, cuaca dan terik matahari. Biasanya tembakau untuk rokok paling bagus ditanam pada saat musim panas, sementara untuk cerutu pada musim penghujan.

Menurut Lydia, tidak ada lagi yang berbisnis cerutu di Jakarta. 2 Toko cigar di Jakarta sudah tutup. Namun karena Lydia dan suaminya memang hobi, bisnis toko cerutunya bisa bertahan. Apalagi ada sejumlah komunitas yang sudah menjadi pelanggan setia. "Memang kalau lebih besar pasak dari tiang pastinya pastinya tutup. Tapi, karena ini hobi, ya terus jalan," pungkasnya.

Lydia berbagi tips untuk menikmati cerutu. Para pemula bisa memilih cerutu berasa mild sampai medium. Biasanya penikmat cerutu akan mencocokan sendiri jenis dan ukuran cerutu yang sesuai. Semua punya rasa yang berbeda. Untuk menyulut cerutu, ujung cerutu dibakar sambil cerutu diputar-putar. Sementara pangkalnya dihisap. Pembakaran terus dilakukan sampai cerutu terbakar sempurna dan merata.

Cara menghisap cerutu tidak sama dengan rokok biasa. Cerutu hanya dihisap sampai rongga mulut untuk dinikmati cita rasanya. Kemudian asap dihembuskan keluar. Demikian seterusnya sampai cerutu habis. Cerutu pun harus dinikmati dengan kondisi tenang. Cerutu yang dihisap terlalu cepat akan menimbulkan rasa panas dan merusak cita rasa. Sebaliknya, cerutu yang dihisap terlalu lambat akan cenderung mati.

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 

©Copyright 2011 Tarumartani | TNB